Untuk membangkitkan kembali ingatan masyarakat itu, NasSirun PurwOkartun, penerjemah Babad Banyumas, mencoba menawarkan sarana baru dalam mengenalkan Babad Banyumas ke khalayak ramai. Namun, bukan dengan pentas kethoprak lagi, melainkan dengan wayang kulit.
Buku ini merupakan pengembangan dari buku Babad Banyumas Mertadiredjan yang sudah diterbitkan sebelumnya. Namun hanya berisi bacaan tembang Jawanya?macapat saja.
Tidak banyak yang tahu sebelum bernama Gumelem, desa itu dikenal sebagai padukuhan Karangtiris. Disebut Karangtiris karena di tempat tersebut tumbuh subur pohon kelapa penghasil nira.
Babad Demak ada beberapa naskahnya, buku ini adalah saduran dari Babad Demak koleksi Perpustakaan Nasional (KBG 293)
Buku ini adalah pengalihaksaraan dari Serat Menyuri. Sebuah kitab primbon Kasepuhan Kalitunjung Banyumas. Selama ratusan tahun Serat Menyuri dijadikan bacaan sakral oleh para pewarisnya. Tidak sembarang orang boleh membacanya. Hanya dibacakan pada waktu khusus saja.
Buku ini adalah pengalihaksaraan dari Babad Pasir, namun tidak bersama terjemah Bahasa Indonesia, melainkan macapat atau bacaan tembang Jawanya saja.